Tuesday, April 7, 2015

Oberst Werner Mölders (1913-1941), Pilot Pertama yang Meraih 100 Kemenangan Udara!


Album foto Werner Mölders bisa dilihat DISINI

Oleh : Alif Rafik Khan

Nama lengkap: Werner Mölders
Panggilan/julukan: Vati (Daddy)
Lahir: 18 Maret 1913 di Gelsenkirchen, Ruhrgebiet, Nordrhein-Westfalen (Jerman)
Meninggal: 22 November 1941 di atas Breslau-Schöngarten, Silesia (Jerman)
Nomor keanggotaan NSDAP: Tidak ada
Nomor keanggotaan SS: Tidak ada
Gelar akademis: Tidak ada
Agama: Katolik Roma
Anggota keluarga: Viktor Mölders dan Anna-Maria Riedel (orangtua); Annemarie Mölders (kakak), Hans Mölders (kakak), dan Victor Mölders (adik); Luise Baldauf-Thurner (istri); Verena Mölders (putri)
Ciri fisik: Tidak diketahui

Beförderungen (Promosi):
01.10.1931 Fahnenjunker-Gefreiter
01.04.1932 Fahnenjunker-Unteroffizier
01.06.1933 Fähnrich
01.02.1934 Oberfähnrich
01.03.1934 Leutnant
20.04.1936 Oberleutnant
18.10.1938 Hauptmann
19.07.1940 Major
25.10.1940 Oberstleutnant
20.07.1941 Oberst

Karriere (Karir):
00.00.1931 - 00.10.1932 Prajurit infanteri di II.Bataillon / Infanterie-Regiment 2
00.10.1932 - 00.06.1933 Mengikuti Kursus Kadet Reichswehr di LKS Dresden
11.06.1933 - 00.00.1934 Ditransfer ke 1.(Preussischen) Pionier-Bataillon / Infanterie-Regiment 2 Pionierschule di München
00.00.1934 - 06.02.1934 Mengajukan pemindahan ke Luftwaffe tapi usaha pertamanya gagal karena terkena mabuk udara
06.02.1934 - 31.12.1934 Mendapat pelatihan sebagai pilot di DVS Cottbus
01.01.1935 - 30.06.1935 Pelatihan lanjutan di Grosse KFS Tutow dan di JFS Schliessheim
01.07.1935 - 31.03.1936 Bersama dengan Fliegergruppe Schwerin (nantinya menjadi I./StG 162)
01.04.1936 - 14.03.1937 Staffelkapitän Jagdschulstaffel / II.Gruppe / Jagdgeschwader 134
15.03.1937 - 13.04.1938 Staffelkapitän 2.Staffel / Jagdgeschwader 334
14.04.1938 - 24.05.1938 Mengajukan diri untuk bergabung dengan Legion Condor dan dikirim ke Spanyol
24.05.1938 - 05.12.1938 Staffelkapitän 3.Staffel / Jagdgruppe 88
05.12.1938 - 06.12.1938 Kembali ke Jerman
06.12.1938 - 00.03.1939 Inspekteur der Jagdflieger im Reichsluftfahrtministerium (RLM)
15.03.1939 - 01.05.1939 Staffelkapitän 1.Staffel / Jagdgeschwader 133
01.05.1939 - 30.09.1939 Staffelkapitän 1.Staffel / Jagdgeschwader 53
08.09.1939 - 00.09.1939 Terluka dalam pendaratan darurat di lapangan udara Birkenfeld saat mesin pesawatnya bermasalah sehingga harus mendapatkan perawatan
03.10.1939 - 05.06.1940 Gruppenkommandeur III.Gruppe / Jagdgeschwader 53
05.06.1940 - 30.06.1940 Menjadi tawanan perang Prancis setelah pesawat Messerschmitt Bf 109 E-4 yang dipilotinya ditembak jatuh oleh sebuah Dewoitine 520 di barat Compiègne. Mölders kemudian terpaksa mendarat darurat di wilayah antara Blincourt dan Sacy-le-Petit
01.07.1940 - 19.07.1940 Tergabung bersama Ergänzungsgruppe (ErgGr) Merseburg
27.07.1940 - 19.07.1941 Geschwaderkommodore Jagdgeschwader 51 (JG 51)
28.07.1940 - 00.08.1940 terluka dalam pertempuran udara saat kakinya tertembak sehingga harus melakukan pendaratan darurat di St.-Inglevert
06.08.1941 - 22.11.1941 General der Jagdflieger

Orden und Ehrenzeichen (Medali dan Penghargaan):
21.05.1935 Flugzeugführerabzeichen
02.10.1936 Wehrmacht-Dienstauszeichnung IV.Klasse
04.05.1939 Medalla de la Campaña de España 1936-1939
04.05.1939 Medalla Militar Individual de España
06.06.1939 Spanienkreuz in Gold mit Schwertern und Brillanten
17.09.1939 Eisernes Kreuz II.Klasse
03.04.1940 Eisernes Kreuz I.Klasse
00.00.194_ Frontflugspange für Jäger in Gold mit Brillanten
00.00.194_ Verwundetenabzeichen in Schwarz
29.05.1940 Disebutkan namanya dalam Wehrmachtbericht: "Hauptmann Mölders errang seinen 20. Luftsieg" (Kapten Mölders meraih kemenangan udaranya yang ke-20)
29.05.1940 Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes #54, sebagai Hauptmann dan Gruppenkommandeur III.Gruppe / Jagdgeschwader 53 (JG 53) "Pik-As" / Jagdfliegerführer 3 / Luftflotte 3
00.08.1940 Gemeinsames Flugzeugführer-Beobachter Abzeichen mit Brillanten
06.09.1940 Disebutkan namanya dalam Wehrmachtbericht: "Außer vier bereits genannten Offizieren haben in den Luftkämpfen der letzten Wochen drei weitere Jagdflieger 20 oder mehr Luftsiege errungen und zwar: Hauptmann Mayer, Hauptmann Oesau und Hauptmann Tietzen. An der Spitze der Sieger in Luftkämpfen steht Major Mölders mit 32 Abschüssen" (Sebagai tambahan dari empat perwira yang telah disebutkan terdahulu, tiga pilot pemburu lain mencapai kemenangan yang ke-20 atau lebih dalam pertempuran udara yang berlangsung selama beberapa minggu sebelumnya. Mereka adalah Kapten Mayer, Kapten Oesau dan Kapten Tietzen. Memimpin dalam hal pencapaian tertinggi adalah Mayor Mölders dengan 32 kemenangan udara)
21.09.1940 Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes mit Eichenlaub #2, sebagai Major dan Geschwaderkommodore Jagdgeschwader 51 (JG 51) / Jagdfliegerführer 2 / Luftflotte 2
25.09.1940 Disebutkan namanya dalam Wehrmachtbericht: "Major Mölders und Major Galland errangen ihren 40. Luftsieg" (Mayor Mölders dan Mayor Galland sama-sama meraih kemenangan udara yang ke-40)
23.10.1940 Disebutkan namanya dalam Wehrmachtbericht: "Major Mölders schoß, wie schon bekanntgegeben, in einem Luftkampf gegen zahlenmäßig überlegene feindliche Jäger seinen 49. 50. und 51. Gegner ab" (Seperti yang telah diumumkan sebelumnya, Mayor Mölders menembak jatuh lawannya yang ke-49, 50 dan 51 dalam pertempuran udara melawan pasukan pemburu musuh yang berkekuatan jauh lebih besar)
26.10.1940 Disebutkan namanya dalam Wehrmachtbericht: "Im Laufe der gestrigen Luftkämpfe schossen unsere Jagdflugzeuge 17 feindliche Jäger ab. Dabei errang Oberstleutnant Mölders seinen 52. und 53. Luftsieg" (Pasukan pemburu kita berhasil menembak jatuh 17 pemburu musuh dalam pertempuran udara yang berlangsung kemarin. Letkol Mölders meraih kemenangan yang ke-52 dan ke-53 dalam pertempuran tersebut)
11.02.1941 Disebutkan namanya dalam Wehrmachtbericht
27.02.1941 Disebutkan namanya dalam Wehrmachtbericht
18.04.1941 Disebutkan namanya dalam Wehrmachtbericht
22.06.1941 Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes mit Eichenlaub und Schwertern #2, sebagai Oberstleutnant dan Geschwaderkommodore Jagdgeschwader 51 (JG 51) / II.Fliegerkorps / Luftflotte 2
23.06.1941 Disebutkan namanya dalam Wehrmachtbericht
01.07.1941 Disebutkan namanya dalam Wehrmachtbericht
16.07.1941 Disebutkan namanya dalam Wehrmachtbericht
15.07.1941 Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes mit Eichenlaub, Schwerter und Brillanten #1, sebagai Oberstleutnant dan Geschwaderkommodore Jagdgeschwader 51 (JG 51) / II.Fliegerkorps / Luftflotte 2

Aufzeichnungen (Catatan):
* Viktor Mölders (ayah Werner Mölders) gugur dalam kancah Perang Dunia Pertama tanggal 2 Maret 1915 dalam pertempuran di Hutan Argonne (Prancis) sebagai Leutnant der Reserve di Königs-Infanterie-Regiment (6. Lothringische) Nr. 145. Dari sejak kecilnya, Werner - yang sering mendengar cerita tentang kepahlawanan ayahnya - bertekad untuk menjadi seorang tentara.
* Dalam periode antara tanggal 1 September 1939 (pecahnya Perang Dunia II) s/d 10 Mei 1940 (penyerbuan Jerman ke Prancis dan negara-negara Bawah) yang biasa disebut sebagai "Sitzkrieg" atau "Phoney War", Werner Mölders mengklaim telah menembak jatuh 11 pesawat musuh dan menjadi pilot Luftwaffe dengan skor terbesar sampai saat itu. Salah satu dari klaimnya tidak lolos verifikasi sehingga skor resminya adalah 10. Hal yang sama terulang di bulan Mei dan Juni 1940 dimana Mölders mengklaim 15 kemenangan, tapi hanya 14 yang diterima. Semakin lama jumlah pesawat yang ditembak jatuhnya semakin bertambah banyak, dan sebelum tanggal 22 Juni 1941 (penyerbuan Jerman atas Rusia), sang jagoan udara terkemuka telah mengemas 68 kemenangan. Skor akhirnya adalah 115 kemenangan terkonfirmasi, dengan 14 diantaranya dibukukannya di Spanyol. Selain itu, dia juga mempunyai empat kemenangan tak terkonfirmasi.
* Saat dianugerahi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes tanggal 29 Mei 1940, Mölders menjadi pilot pemburu pertama yang mendapatkan penghargaan setinggi itu. Dia meraihnya setelah menembak jatuh dua pesawat Curtiss 75 A Prancis dalam satu hari (27 Mei 1940) di 15km barat daya Amiens (Prancis) yang menjadi kemenangan udara ke-19 dan ke-20-nya dalam Perang Dunia II (bila digabungkan dengan Perang Saudara Spanyol, maka menjadi kemenangan udara ke-33 dan 34).
* Pada tanggal 12 Juli 1941, Jagdgeschwader 51 (JG 51) di bawah kepemimpinan Oberstleutnant Werner Mölders tercatat menghancurkan pesawat Soviet yang ke-500 dari sejak dimulainya Unternehmen Barbarossa tanggal 22 Juni 1941, sementara sejauh ini mereka hanya kehilangan tiga korban saja! Di hari itu pula JG 51 melaporkan kemenangan udaranya yang ke-1200 dalam Perang Dunia II. Tiga hari kemudian, tanggal 15 Juli 1941, Mölders melampaui garis batas "C" (100) saat mengklaim kemenangan yang ke-100 serta ke-101, dan dia merayakannya dengan melakukan putaran kemenangan di atas lapangan udara. Keesokan harinya dia menerima berita bahwa dia menjadi orang pertama di seantero Wehrmacht yang dianugerahi medali Brillanten zum Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes mit Eichenlaub, Schwertern und Brillanten (sampai dengan akhir perang, hanya 27 orang prajurit terbaik Jerman saja yang mendapatkan medali tersebut!). Medali tersebut secara resmi diperkenalkan ke khalayak umum tanggal 28 September 1941, lebih dari dua bulan setelah Mölders mendapatkannya.
* Meskipun sebagai pilot pemburu dia tak terkalahkan dalam beratus pertempuran udara yang dilakoninya, ironisnya Mölders ditakdirkan untuk menemui ajalnya saat menjadi seorang penumpang pesawat pembom! Dia tewas dalam sebuah kecelakaan udara di atas Breslau-Schöngarten/Silesia ketika pesawat Heinkel He 111 H-6 (1G+BT) (WNr. 4513) yang ditumpanginya dalam perjalanan dari Krimea menuju Berlin (untuk menghadiri upacara pemakaman Generaloberst Ernst Udet) mengalami kerusakan mesin di tengah cuaca buruk. Saat melakukan pendaratan darurat, badan pesawat terbelah sehingga menewaskan seluruh penumpangnya termasuk Mölders. Sang pahlawan udara Jerman kemudian dimakamkan pada tanggal 28 November 1941.
* Selama karirnya dalam Perang Dunia II, Werner Mölders tercatat terbang dalam 330 misi tempur dimana 100 diantaranya dilakukan di Front Timur. Dia tercatat mempunyai 115 kemenangan udara terkonfirmasi, dimana 14 diantaranya dibukukan dalam Perang Saudara Spanyol (dalam 100+ misi tempur), dan sisanya - 101 kemenangan - dibukukan dalam Perang Dunia II dengan 33 diantaranya diraih di Front Timur. Dia juga ikut berjasa dalam menyumbangkan taktik dan strategi perang udara pilot pemburu yang masih digunakan sampai saat ini!
* Pesawat-pesawat yang tercatat pernah digunakan oleh Werner Mölders: Messerschmitt Bf 109B "Schwarze 6x16", Messerschmitt Bf 109 D-1 "Schwarze 6x79", Messerschmitt Bf 109 E-3, Messerschmitt Bf 109 E-4 (Werknummer 2804), 5915 "Rote 2" dan 3737 "Schwarze"

*  *  *  *  *

Werner Mölders (18 Maret 1913-22 November 1941) adalah pilot Luftwaffe terkenal yang mencatatkan rekor sebagai pilot pertama dalam sejarah yang mampu mencatat 100 kemenangan. Total kemenangannya sendiri adalah 115, 101 dicatat dalam Perang Dunia II, sementara 14 dibukukannya dalam Perang Saudara Spanyol. Prestasinya yang dahsyat membuat Mölders mudah saja menapaki karir, bahkan telah menjadi seorang Geschwaderkommodore (Komandan Wing Tempur) di usia 27 tahun! Belum cukup? Mölders juga telah menjadi kolonel plus Inspektur Jenderal Fighter Luftwaffe di usianya yang ke-28!

Mölders dilahirkan pada tanggal 18 Maret 1913 di Gelsenkirchen, anak dari guru bernama Viktor Mölders dan istrinya Annemarie Mölders (asalnya bernama belakang Riedel). Ayahnya kemudian terbunuh dalam Perang Dunia I sebagai Letnan Cadangan di Resimen Infanteri dalam pertempuran di hutan Argonne, Prancis, tanggal 2 Maret 1915. Mölders yang telah menjadi anak yatim di ulang tahunnya yang ke-2 kemudian bersekolah di Grundschule dan Saldria-Gymnasium yang terletak di Brandenburg an der Havel. Dia lulus tahun 1931 dengan Abitur.

Kemudian dia memutuskan untuk bergabung dengan ketentaraan pada 1 April 1931, dengan pangkat pertamanya sebagai kadet perwira infanteri. Ketika Hitler membentuk Angkatan Udara Jerman (Luftwaffe) tahun 1934, Mölders meminta untuk segera ditransfer. Pada usaha pertamanya untuk bergabung (1935), dia dinyatakan tidak cukup cakap untuk menjadi seorang pilot tempur. Tapi Mölders tidak menyerah dan mencoba mendaftar untuk kedua kalinya. Akhirnya dia diterima dengan beberapa persyaratan tambahan untuk segera memulai latihan terbangnya. Ternyata memang Mölders masih kurang beradaptasi. Rasa pening bahkan kemudian disertai dengan 'bonus' muntah-muntah mewarnai hari-hari pertamanya sebagai pilot. Tapi tekad yang besar ditambah dengan mulai terbiasanya tubuh Mölders menerima beban berputar dan jungkir balik membuat dia akhirnya mampu mengatasi hambatan tersebut. Pada 1 Juli 1935 Mölders ditempatkan di Fliegergruppe Schwerin, dan tak lama kemudian dia langsung diangkat sebagai Staffelkapitän dari 1./JG 334 tanggal 15 Maret 1936. Mölders lalu menjalani hari-harinya sebagai instruktur di Wiesbaden.

Pada tahun 1936 Perang Saudara berkecamuk di Spanyol, dan Hitler memanfaatkan momen ini untuk mengetes angkatan perang (Wehrmacht) yang baru dibangunnya dengan segera mengirimkan bantuan peralatan dan personil kepada pihak Nasionalis di bawah pimpinan Jenderal Franco y Bahamonde. Bantuan itu terutama adalah kesatuan udara Luftwaffe yang kemudian lebih dikenal sebagai Legion Kondor (Condor Legion). Pada tahun 1938 Mölders mengajukan diri menjadi sukarelawan, dan segera dikirimkan melalui laut ke Cadiz pada 14 April 1938. Dia kemudian mengambil alih jabatan komandan 3.Staffel/J 88. Di perang pertamanya inilah Mölders mulai memperlihatkan kualitasnya, tidak hanya dalam soal kemampuan sebagai pilot dan penembak tangguh, tapi juga sebagai peramu taktik dan strategi mumpuni. Meskipun begitu, ketaatannya sebagai seorang Katolik dan juga humanitarian kadang membuatnya mendapat masalah dengan atasannya, meskipun kejeniusannya dalam hal ber-dogfight ria membuat hambatan tersebut seakan tidak terasa. Bagaimana tidak? Jerman yang sedang bangkit butuh pahlawan sebagai simbol kebangkitannya, dan Mölders dengan skill bertempurnya sangat cocok sebagai gambaran utama. Karena itu, setiap aral dan rintangan terhadap Mölders akan segera diketahui oleh rakyat Jerman yang sangat antusias menanti setiap berita yang datang dari front Spanyol.

Bersama koleganya di Spanyol, Mölders mengembangkan taktik baru dalam peperangan udara yang dinamakan Finger Four, suatu inovasi baru yang membuat sang pilot dapat mempunyai pandangan luas ke segala arah dan mendorong kreativitasnya dalam bertempur.

Dari sejak pertengahan 1938 sampai berakhirnya Perang Saudara Spanyol, Mölders menjadi pilot paling jago dari Condor Legion, tercatat menembak jatuh 14 pesawat musuh : 4 Polikarpov I-15 dan 10 Mosca I-16, sebagian besar sewaktu dia menerbangkan pesawat tempur terbaru lansiran Messerchmitt, Bf 109. Pada akhirnya, sewaktu perang usai pada tahun 1939, Mölders pulang dengan reputasi yang membumbung tinggi ditambah kedewasaan yang jauh dari umurnya saat itu. Perang telah menempanya...

Pada tahun itu pula ia dipromosikan menjadi Staffelkapitän 1./JG 53, dan kemudian lebih dikenal oleh anak buahnya dengan panggilan Vati (Papa, atau Ayah) Mölders.

Perang Dunia II pecah pada 1 September 1939...

Hanya 20 hari kemudian, Mölders menembak jatuh korban pertamanya di perang super akbar ini, dan pada bulan Oktober dia telah didapuk sebagai Gruppenkomandeur III./JG 53. Pada tanggal 27 Mei 1940, setelah kemenangannya yang ke-20, dia dipromosikan menjadi Hauptmann (Kapten) dan menjadi pilot tempur pertama yang menerima medali bergengsi Ritterkreuz (Salib Ksatria). Naasnya, pilot yang telah menjadi legenda ini kemudian tertembak jatuh dalam suatu pertempuran oleh pesawat Dewoitine D.520 dari angkatan udara Prancis tanggal 5 Juni 1940. Mölders lalu menjadi tawanan perang sampai berselang dua minggu, ketika akhirnya Prancis takluk dan Mölders pun dibebaskan.

Kembali ke tanah air tercinta, Mölders naik pangkat menjadi Major dan menerima jabatan sebagai Geschwaderkommodore dari JG 51 tanggal 27 Juli 1940. Sejarah berulang. Baru saja mendapat promosi, keesokan harinya kembali Mölders tertembak jatuh dalam dogfight seru di Dover. Menurut kabar burung, kali ini dia menjadi korban dari pilot asal Afrika Selatan, Sailor Malan. Meskipun kepayahan karena terluka, Mölders berhasil juga mendaratkan pesawatnya di Wissant, Prancis. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa sebenarnyalah Mölders di K.O. oleh F/lt. J.L. Webster dari Squadrin 41 dengan pesawat Spitfire-nya. Meskipun lukanya tidak terlalu serius, tetap membuat Mölders out-of-order selama sebulan.

Pada akhir tahun 1940, Mölders telah menembak jatuh 55 pesawat lawannya (25 dalam Battle of France, 30 dalam Battle of Britain). Pada awal-awal tahun 1941, Mölders tetap menjalani serangkaian pertempuran di semenanjung Prancis dan Inggris (selat Dover), dan skornya bertambah menjadi 68.

Pada bulan Juni 1941, JG 51 ditransfer ke front timur. Disini skill Mölders masih tetap memegang kendali. Bayangkan saja, pada hari pertama penyerbuan Rusia ke Uni Soviet, dia telah membukukan tiga kemenangan! Semua korbannya adalah bomber Tupolev SB.

Pada 30 Juni, Mölders menjadi pilot dengan skor paling tinggi dalam sejarah, mengalahkan Manfred von Richthofen (Red Baron) dari Perang Dunia I, setelah menembak jatuh lima bomber Soviet dan mengerek skornya sendiri ke angka 82, melebihi catatan Red Baron yang berhenti di angka 80. Tidak hanya itu saja. Secara keseluruhan, dari sejak dimulainya Operasi Barbarossa pada tanggal 22 Juni 1941, Mölders telah menghancurkan 27 pesawat musuh hanya dalam rentang waktu 23 hari! Hal tersebut membuat dirinya 'nongkrong' di urutan teratas daftar top skor (kayak maen bola aja!) dengan skor 101, suatu pencapaian yang fenomenal!

Hitler yang terpesona langsung 'menggampar' Mölders dengan Brillanten, suatu penghargaan super prestisius yang tercatat hanya disematkan pada 27 orang terpilih saja, dan Mölders adalah orang pertama yang mendapatkannya! Saking berharganya orang ini bagi Jerman, panglima Luftwaffe Göring langsung meminta Mölders untuk tidak mempertaruhkan nyawa di medan perang lagi dan ditarik untuk mengisi posisi administratif.

Mölders kini telah menjadi seorang Oberst (Kolonel) di usianya yang ke-28, dan juga menjabat sebagai Inspektur-Jendral Penerbang Tempur, suatu pos strategis yang berfungsi untuk menentukan taktik dan doktrin operasional terbaik bagi pilot-pilot tempur Luftwaffe yang mulai bermekaran di front penyemainya, front Rusia. Kembali lagi ke Rusia pada September 1941, Mölders mendirikan markas komandonya di lapangan terbang Chaplinka, dimana dia biasa menerbangkan pesawat pengintai Fieseler Fi 156 'Storch' untuk melihat kondisi di garis depan sekaligus memberi komando pada pilot-pilot kebanggaannya. Demi melihat 'seru'nya pertempuran, jiwa pemburu Mölders memberontak untuk dilepaskan, jadilah perwira tinggi yang diwanti-wanti supaya tidak bertarung di udara lagi ini diam-diam terbang dengan pesawat tempur dan turut berdogfight dalam beberapa kesempatan. Selain itu, Mölders juga sempat merangkap jabatan sebagai komandan JG 51 selama beberapa bulan yang dulu sempat dipimpinnya.

Sebagai guru yang baik, Mölders tidak segan-segan untuk memberikan pelajaran dan tips terbaik bagaimana caranya menghancurkan lawan secara cepat dan efisien sekaligus, ini yang paling penting, keluar dari pertempuran itu sendiri hidup-hidup. Contohnya, pada tanggal 9 Agustus 1941 dia bersama Herbert Kaiser berangkat dalam suatu misi untuk menghadang serombongan Il-2 Stormoviks. Sembari bertempur, Mölders masih sempat-sempatnya memberikan pelajaran one-in-a-lifetime pada Kaiser cara terbaik menembak pesawat semacam itu dengan mengarahkan senjata pada bagian belakang kokpitnya dimana tangki bahan bakar terdapat. Mölders langsung mempraktekkannya dan benar saja! Pesawat buruannya langsung terbakar api dan nyungsep ke dasar bumi. Kaiser pun mempraktekkannya dan dua lagi Stormovik menghunjam bumi. Hanya dalam rentang waktu dua bulan, secara tidak resmi Mölders tercatat telah menambah daftar 'koleksi' korbannya 30 atau lebih, dimana setidaknya enam di antaranya tercatat dalam buku log rekan perwiranya. Tapi karena secara resmi dia memang dilarang untuk bertempur, semua catatan itu tetap hanya jadi catatan 'gelap' yang tidak tercantum dalam daftar resmi Luftwaffe.

Seperti disebutkan sebelumnya, Mölders adalah seorang Katolik yang taat, dan dia mengharuskan bawahannya untuk memperlakukan setiap pilot musuh yang tertembak jatuh dan tertawan dengan baik, dan bahkan beberapa di antaranya mendapat undangan makan malam dari sang pilot legendaris sendiri! Ya, nama Mölders memang terkenal tak hanya di antara rekan sejawatnya saja, tapi juga telah tersebar di kalangan lawan-lawannya.

Di luar kehidupannya sebagai pejuang udara Jerman, seorang Mölders tetaplah manusia biasa yang bisa mencinta. Ia menikah dengan Luise Baldauf pada 13 September 1941, dan dari hasil perkawinan ini mereka mempunyai seorang putri bernama Verena. Tapi sedihnya, Mölders tidak pernah mendapat kesempatan untuk melihat darah dagingnya sendiri, karena takdir menentukan bahwa hidupnya tak lama lagi. Pada 22 November 1941, dia berangkat menaiki pesawat Heinkel He 111 sebagai penumpang Dari Crimea ke Jerman dalam rangka menghadiri pemakaman jenderal Luftwaffe mantan jagoan udara Perang Udara Pertama, Ernst Udet, yang juga merupakan atasan sekaligus sahabatnya. Cuaca buruk berhujan yang disertai petir membuat pilot pesawat berusaha mendarat darurat di lapangan terdekat yang berada di Breslau. Sayangnya, pendaratan tersebut gagal dan kedua penumpang, sang pilot dan Mölders, tewas dalam kecelakaan tragis tersebut. Dalam rangka mengenang jasa-jasanya, pada tanggal 20 Desember 1941, JG 51 diberi nama kehormatan "Mölders".

Total, Mölders telah terbang dalam 330 misi selama Perang Dunia II, 100 di antaranya di front Timur. Dari 115 jumlah kemenangan resminya, 101 dicatatkan di Perang Dunia II (33 di antaranya di front Timur) dan 14 sisanya dibukukan dalam Perang Saudara Spanyol (100 misi). Mölders juga berjasa dalam pengembangan banyak taktik dan strategi perang udara (dogfight), bahkan beberapa di antaranya masih digunakan sampai sekarang!

Namanya begitu harum, sehingga kematiannya tidaklah menjadi kematian yang sia-sia, sehingga walaupun rezim berganti, Werner 'Vati' Mölders tetap menjadi pahlawan bagi bangsa Jerman. Pada tanggal 13 April 1968, Angkatan Laut Federal Jerman menamai kapal penghancur mereka yang terbaru dengan nama "Mölders", yang kemudian menjalani tugas aktif dari 1969 sampai 2003. Setelah masa pensiun, kapal tersebut tetap menjadi pusat perhatian di museum Angkatan Laut Jerman di Wilhelmshaven.

Pada tanggal 9 November 1972, sebuah markas Batalion dari Resimen Sinyal ke-34 Angkatan Darat Federal Jerman dinamai dengan "Mölders".

Skuadron Penerbang Tempur 74 (Jagdgeschwader 74) yang berpangkalan di Neuburg an der Donau dinamakan "Mölders" pada tahun 1973. Sayangnya, pada tahun 2005 nama tersebut dicopot oleh Kementerian Pertahanan (Bundesministerium der Verteidigung) berdasar keputusan dari parlemen Jerman (Bundestag) tahun 1998. Keputusan ini diambil seiring dengan peringatan ke-61 pemboman Guernica yang terkenal yang terjadi pada waktu Perang Saudara Spanyol. Alasannya, kata mereka, setiap anggota Condor Legion (termasuk Mölders) yang baik langsung atau tidak langsung terlibat dalam pemboman tersebut tidak layak lagi untuk mendapat penghormatan semacam itu!

Keputusan ini bukannya tidak mendapat tentangan. Pada bulan Maret 2005 lebih dari 100 perwira Jerman menandatangani surat terbuka yang isinya memprotes dengan keras keputusan parlemen tahun 1998 yang melarang penghormatan atas setiap anggota Condor Legion tersebut, terutama yang berkaitan dengan Mölders. Alasannya, masih bisa diperdebatkan apakah Mölders benar-benar terlibat secara langsung dengan pemboman Guernica, termasuk juga pandangan politik pribadinya terhadap Nasional-Sosialisme. Meskipun begitu, keputusan kontroversial tersebut tetap bertahan sampai saat ini.

Rincian jumlah kemenangan Mölders, daftarnya bisa dilihat disini.


Sumber :
Buku "Luftwaffe Officer Career Summaries: Section L-R" karya Henry L. deZeng IV dan Douglas G. Stankey
www.aircrewremembered.com

No comments: