Saturday, July 31, 2010

SS-Oberscharführer Balthasar 'Bobby' Woll (1922-1996), Gunner Panzer Paling Berbakat Seantero Wehrmacht!

Balthasar Woll. Perhatikan lambang di topinya... Kalau anda mengira itu lambang GKSI (Gabungan Koperasi Susu Indonesia), maka anda harus memeriksakan diri anda ke dokter hewan!



Balthasar Woll (bawah) bersama dengan rekan seperjuangannya SS-Hauptscharführer Hans Höflinger sedang nongkrong di atas panzer


Masih dari sesi foto yang sama, cuman kali ini Balthasar Woll nyengir!


 Upacara penganugerahan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes di Ingolstadt (Jerman) tanggal 14 Januari 1944 kepada jagoan panzer Michael Wittmann dan gunner-nya Bobby Woll atas prestasi mereka yang sejauh ini telah menghancurkan 88 tank musuh! Dari kiri ke kanan: SS-Oberführer Theodor "Teddy" Wisch (Kommandeur 1. SS-Panzer-Division "Leibstandarte SS Adolf Hitler"), SS-Rottenführer Balthasar "Bobby" Woll, SS-Untersturmführer Michael Wittmann (Zugführer di 13.[schwere]Kompanie / SS-Panzer-Regiment 1 "LSSAH"), dan Kriegsberichter tak dikenal dari Propaganda-Kompanie


Jagoan panzer Michael Wittmann berfoto bersama kru kebanggaan dan panzer Tiger-nya (# S04) tak lama setelah menerima Ritterkreuz barengan dengan gunnernya yang super berbakat, Balthasar Woll. Dari kiri ke kanan: SS-Untersturmführer Michael Wittmann, SS-Rottenführer Balthasar 'Bobby' Woll, SS-Panzerschütze Werner Irrgang, SS-Panzerschütze Sepp Rössner, dan SS-Sturmmann Eugen Schmidt. Perhatikan bahwa laras meriam 88mm dari Tiger di belakang mereka telah di-cat garis-garis putih, dimana satu garis sama dengan jumlah satu tank/anti-tank musuh yang berhasil dibabat!


Para ksatria panzer dari 2.Kompanie / Schwere SS-Panzer-Abtailung 101 di bulan Mei 1944. Dari kiri ke kanan:
SS-Unterscharführer Kurt Kleber (Tiger "232"), SS-Hauptscharführer Hans Höflinger (Tiger "213"), SS-Oberscharführer Georg Lötzsch (Tiger "233"), SS-Obersturmführer Michael Wittmann (Chef 2.Kompanie / schwere SS-Panzer-Abteilung 101. Tiger "205"), SS-Unterscharführer Karl-Heinz Warmbrunn (Tiger "214"), dan SS-Unterscharführer Balthasar "Bobby" Woll (Tiger "212"). Mereka semua adalah komandan tank di Kompi kedua, dan Kecuali Wittmann, semuanya memakai seragam kamuflase dari jenis SS-Erbsenmuster (pea-dot pattern)



Para ksatria panzer dari 2.Kompanie / Schwere SS-Panzer-Abteilung 101 di bulan Mei 1944. Dari kiri ke kanan: SS-Obersturmführer Michael Wittmann
(Chef 2.Kompanie / schwere SS-Panzer-Abteilung 101. Tiger "205"), SS-Unterscharführer Karl-Heinz Warmbrunn (terhalang oleh Wittmann, Tiger "214"), SS-Hauptscharführer Hans Höflinger (Tiger "213"), SS-Oberscharführer Georg Lötzsch (Tiger "233"), SS-Unterscharführer Balthasar "Bobby" Woll (Tiger "212"), dan SS-Unterscharführer Kurt Kleber (tidak terlihat disini, Tiger "232")



Para ksatria panzer dari 2.Kompanie / Schwere SS-Panzer-Abteilung 101 di bulan Mei 1944. Dari kiri ke kanan: SS-Oberscharführer Georg Lötzsch (Tiger "233"), SS-Unterscharführer Karl-Heinz Warmbrunn (Tiger "214"), SS-Unterscharführer Kurt Kleber (duduk di Tiger, Tiger "232"), SS-Obersturmführer Michael Wittmann (Chef 2.Kompanie / schwere SS-Panzer-Abteilung 101. Tiger "205"), dan SS-Unterscharführer Balthasar "Bobby" Woll (Tiger "212")



Para ksatria panzer dari 2.Kompanie / Schwere SS-Panzer-Abteilung 101 di bulan Mei 1944. Dari kiri ke kanan: SS-Unterscharführer Kurt Kleber (Tiger "232"), SS-Obersturmführer Michael Wittmann (Chef 2.Kompanie / schwere SS-Panzer-Abteilung 101. Tiger "205"), dan SS-Unterscharführer Balthasar "Bobby" Woll (Tiger "212")


Balthasar Woll dalam balutan seragam hitam Panzertruppen. Untuk pengejaan namanya, ada yang menyebutnya dengan Balthazar, ada pula yang memilih Balthasar, meskipun yang terakhir yang lebih tepat


Balthasar Woll memakai seragam kamuflase Leopard Waffen-SS yang langka. Warnung! Kalau anda perhatikan, setidaknya tiga buah foto di atas memajang tandatangan Woll, dan dapat saya pastikan bahwa keasliannya DIRAGUKAN! Kenapa? Karena Bobby Woll adalah seorang yang tertutup, dan setelah perang dia tidak mau melayani permintaan tandatangan dari para penggemarnya barang sedikit pun!


Balthasar Woll dan rekan-rekannya. Tampaknya mereka sedang menerima pembagian makanan?


Acara jamuan makan Wehrmacht yang diadakan musim dingin 1944. Dari kiri ke kanan: Oberst Friedrich-Wilhelm von Mellenthin (Chef des Generalstabes XLVIII. Panzerkorps), SS-Rottenführer Balthasar "Bobby" Woll (Richtschütze di 13.[schwere] Kompanie / SS-Panzer-Regiment 1 / 1.SS-Panzer-Division "Leibstandarte SS Adolf Hitler"), dan General der Panzertruppe Hermann Balck (Kommandierender General XLVIII. Panzerkorps). Acara jamuan ini tampaknya diadakan untuk menyambut kedatangan Woll yang baru saja dianugerahi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes tanggal 16 Januari 1944. LSSAH sendiri saat itu berada di bawah komando LXVIII. Panzerkorps, sementara Woll menjadi terkenal ke seantero dunia karena dia adalah salah satu gunner (penembak meriam) panzer terbaik Wehrmacht yang bertugas dalam satu tank dengan sang legendaris Michael Wittmann!
 
 

 


Oleh : Alif Rafik Khan

Balthasar Woll dilahirkan di Wemmetsweiler tanggal 1 Maret 1922. Sebelum melamar menjadi tentara Waffen-SS pada tanggal 15 Agustus 1941, dia berprofesi sebagai petugas listrik PLN (Perusahaan Listrik Nazi! Hehehe). Dia kemudian ditempatkan sebagai penembak senapan mesin di kompi ke-3, 1. SS Totenkopf Infanterie Regiment. Dia terluka dalam pertempuran di Kantung Demyansk dan dikirim balik ke Jerman untuk mendapatkan perawatan. Ketika dalam perawatan itulah Woll dianugerahi Eiserne Kreuz 2. klasse dan Wound's Badge in Black bulan Juli 1942 atas jasa-jasanya.

Setelah sembuh, dia dilatih lagi untuk menjadi seorang penembak meriam tank, dan pada akhir tahun 1942 ditempatkan di 13. Schwere Panzer Kompanie, SS Panzer Regiment 1, 1. SS Division Leibstandarte SS Adolf Hitler dimana disinilah dia bertemu dengan "belahan jiwanya", komandan panzer Michael Wittmann.

Pasangan ini benar-benar klop, dan langsung terkenal ke seantero Wehrmacht sebagai pasangan komandan tank dan gunner paling semriwing yang pernah Jerman punya. Ketika Operasi Zitadelle dimulai pertengahan tahun 1943, mereka telah mentahbiskan diri sebagai awak tank terbaik di divisinya, dimana mereka dengan panzernya telah menghancurkan tidak kurang dari 80 tank dan 107 senjata anti-tank Rusia! Wittmann dan Woll masing-masing dianugerahi dengan Eiserne Kreuz I. klasse pada bulan September 1943.

Penghargaan Woll paling prestisius adalah Ritterkreuz yang diterimanya pada bulan Januari 1944, dan dia tercatat sebagai satu-satunya gunner tank yang menerima medali tersebut! Pada bulan Oktober 1944 pangkatnya naik menjadi Oberscharführer. Kenapa Woll disebut-sebut sebagai gunner terbaik yang dipunyai Jerman? Sederhana saja: Woll begitu akuratnya dalam menembak sehingga bahkan ketika tank dia sedang berjalan pun tak ada masalah bagi dia untuk menembak dan menghantam musuhnya dari jarak jauh!

BTW, ketika Wittmann terbunuh di Front Normandia tahun 1944, Woll sudah tidak lagi bersamanya karena diberi kepercayaan menjadi komandan panzer Tiger dan sama-sama bertempur di front Normandia. Sebelum berpisah, Woll menjadi pengiring pengantin pria dalam pernikahan komandan sekaligus sahabat dekatnya, Michael Wittmann, yang menikah dengan Hildegard Burmester pada tanggal 1 Maret 1944. Setelah berdikari sendiri, Woll sempat terluka parah ketika mendapat serangan udara musuh sehingga harus mendapat perawatan yang lumayan lama sampai dengan Maret 1945. Tapi dia berhasil selamat, dan setelah perang usai meneruskan karirnya yang terdahulu sebagai tukang listrik.

Balthasar 'Bobby' Woll meninggal dunia pada tanggal 18 Maret 1996 di usia 73 tahun. Skor kemenangannya tak pernah pasti, tapi yang jelas di atas 100.

Medali dan penghargaan:
Knight's Cross of the Iron Cross
Iron Cross 1st Class
Iron Cross 2nd Class
Eastern Front Medal
Tank Destruction Badge
Wound Badge in Black


Sumber :
www.achtungpanzer.com
www.en.wikipedia.org
www.forum.axishistory.com
www.tr.wikipedia.org
www.wehrmacht-awards.com

Friday, July 30, 2010

World War 1 In Colour, Dokumenter Lengkap Tentang Perang Dunia I Dalam Film Berwarna Yang Super Langka!




World War 1 in Colour adalah film dokumenter dengan narator (tukang baceo) Kenneth Branagh, aktor jempolan asal Inggris. Bagian pertama dari ketujuh episodenya mengudara tanggal 1 September 2003 di Inggris, sementara DVD-nya baru dikeluarkan di Amerika Serikat tanggal 10 Mei 2005. Berhubung ejaan kedua negara yang sama-sama berbahasa Tagalog itu sedikit berbeda, maka untuk edisi Amerikanya judulnya mendapat editan sedikit menjadi "World War 1 in Color" (tanpa U). Yang menarik dari dokumenter ini adalah format filmnya yang semuanya berwarna. Jangankan format berwarna, untuk yang hitam-putihnya pun film bergerak zaman itu terbilang langka, lah ini ditambahin kolor pula! Selain itu, ditampilkan pula wawancara dengan beberapa gelintir prajurit yang berhasil selamat dari Perang akbar pertama tersebut dan masih sehat wal-afiat (yang SEMUANYA sudah berusia di atas 95 tahun!). Salah satu di antaranya adalah veteran terkenal Harry Patch.

Memang sih bukan berarti bahwa zaman tersebut (1914-1918) film berwarna sudah nongol, karena semua pewarnaan dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer. Tapi tetap saja saya merinding dan ereksi (WTF!) melihat bagaimana gagahnya Kaiser Wilhelm dan para jenderalnya dalam balutan jubah abu-abu mereka; bagaimana kondisi pertempuran di Front Berat dengan lumpur-lumpur dan tanah coklat yang begitu mendominasi; bagaimana pasukan Prancis berkeras untuk memakai seragam biru ngejreng mereka tanpa mengindahkan prinsip keuntungan berkamuflase!

World War 1 in Colour terdiri dari 7 episode, yang menceritakan bagaimana perang tersebut bermula sampai dengan akhirnya yang berujung dengan kekalahan Pihak Sentral:
1. Catastrophe (47:37)
2. Slaughter in the Trenches (47:15)
3. Blood in the Air (47:25)
4. Killers of the Sea (47:02)
5. Mayhem on the Eastern Front (47:13)
6. Victory and Despair (48:02)
7. Tactics and Strategy (48:00)

Total waktu putar: 372 menit

Film dokumenter ini terdiri dari 3 DVD dengan kualitas gambar yang MUANTEB Sudarsono! Untuk pemesanan, silakan mencret DISINI. Oh ya, film ini tidak ada subtitle Indonesianya, harap maklum... :(


Tuesday, July 27, 2010

Sturmtiger, Mortir Peluncur Roket Dengan Sasis Tank Tiger!

Bagian dalam dari Sturmtiger yang berhasil dirampas oleh pasukan Inggris pada awal tahun 1945. Sekedar informasi, breechlock dari mortir 380 mm-nya hilang!


Pasukan Amerika sedang memeriksa Sturmtiger yang dihancurkan dan ditinggalkan awak Jermannya, bulan April 1945


Sturmtiger yang dipajang di Deutsches Panzermuseum di Munster, dijepret pada bulan Oktober 2006. Perhatikan proyektil amunisi yang dipampang di depannya, 'Arab' punya Brow!


Oleh : Alif Rafik Khan

Sturmtiger adalah nama umum yang dipakai untuk menunjuk artileri bergerak Jerman yang dibangun dari sasis Panzer VI Tiger dan dipersenjatai oleh pelontar roket angkatan laut berlaras besar, yaitu Raketen-Werfer RW61 L/5/4 38 cm. Tugas utamanya adalah menyediakan serangan artileri pelindung untuk pasukan infanteri yang bertempur di wilayah perkotaan atau pemukiman. Hanya sedikit saja senjata jenis ini yang diproduksi, dan mereka telah diterjunkan dalam upaya memadamkan Pemberontakan Warsawa, Pertempuran Bulge dan Pertempuran Reichswald. "Kendaraan" senjata jenis ini juga dikenal dengan nama Tiger-Mörser, Sturmmörser Tiger dan Sturmpanzer VI.

Gagasan untuk kendaraan berat pendukung infanteri yang mampu menghancurkan bangunan yang dijaga ketat musuh atau wilayah perbentengan dengan satu tembakan sederhana saja sebenarnya telah muncul dari sejak pertempuran super-brutal di wilayah urban Stalingrad pada tahun 1942/1943. Pada saat itu, senjata yang termasuk kategori ini hanyalah Sturm-Infanteriegeschütz 33B yang mampu menghancurkan bangunan, dan merupakan varian Sturmgeschütz III yang dipersenjatai oleh senjata infanteri berat sIG 33 15 cm. Dua belas buah Sturm-Infanteriegeschütz 33B sendiri telah musnah dalam Pertempuran Stalingrad.

Penggantinya, yaitu Sturmpanzer IV, mulai diproduksi awal tahun 1943. Tapi kemudian Wehrmacht merasa bahwa mereka masih memerlukan senjata serang yang sama, hanya saja dengan kemampuan yang lebih dahsyat. Karenanya diputuskan untuk membuat kendaraan baru yang didasarkan pada tank Tiger dan dipersenjatai dengan howitzer 210 mm.

Tapi kemudian sampai batas waktu pembuatannya selesai, ternyata spesifikasi laras senjata 210 mm yang diinginkan masih belum tersedia, sehingga kemudian digantilah dengan peluncur roket 380 mm yang merupakan hasil adaptasi dari peluncur bom kedalaman milik Kriegsmarine.

Pada bulan September 1943 telah dibuat rencana untuk pabrikan Krupp membuat desain lapisan pembungkus baja Tiger I terbaru yang nanti akan dipasang di Sturmtiger. Lapisan baja tersebut kemudian dikirimkan ke Henschel untuk pencocokan sasis sekaligus pemasangannya. Terakhir, kendaraan yang sudah hampir jadi itu kemudian dikirim ke Alkett untuk dipasangi struktur laras meriam supernya. Jadilah prototipe pertama, dan langsung dipersembahkan di depan Adolf Hitler pada bulan Oktober 1943. Pengiriman paling awal untuk lapisan bajanya berlangsung pada bulan Desember 1943, dan kemudian selesailah tiga Sturmtiger perdana pada tanggal 20 Februari 1944.

Karena keterlembatan yang terjadi dalam proses pembuatannya, Hitler tidak meminta produksi senjata ini sampai dengan 19 April 1944, dimana 12 kendaraan dan senjata yang dipersiapkan untuk Sturmtiger telah dibangun dan dipasang ke sasis Tiger I. Tiga buah Sturmtiger seri produksi pertama berhasil diselesaikan oleh Alkett pada bulan Agustus 1944. Selain itu, dibuat pula rencana untuk menyelesaikan pembangunan 7 buah Sturmtiger 38 cm tambahan, yang diutarakan kepada Hitler dalam konferensi perang tanggal 18-20 Agustus 1944. 10 buah Sturmtiger diproduksi pada bulan September, bersama dengan lima lagi pada bulan Desember 1944.

Hitler sendiri menaruh kepercayaan besar akan pentingnya senjata ini dalam peperangan, dan meyakini bahwa setidaknya dibutuhkan 300 round amunisi per-bulannya.

Seperti disebutkan sebelumnya, desain Sturmtiger dan sasisnya dicomot dari Tiger I model akhir, dengan tetap memakai lapisan pelindung yang sama bersama dengan suspensinya. Bagian depan dari superstruktur Tiger ini dicopot untuk memberi ruang bagi kompartemen yang akan dijadikan tempat peluncur roket. dengan penempatan yang berada di depan, maka akan memberikan kesan sarang burung walet yang kuat saat orang melihat panzer jenis ini!

Bila diperbandingkan dengan tank Tiger biasa, Sturmtiger berukuran lebih pendek, 'hanya' 6,28 meter (20,6 kaki, sedangkan Tiger berukuran 8,45 meter atau 27,7 kaki). Hal ini terjadi karena Sturmtiger tidak ditambahi laras meriam 88 mm besar dan panjang seperti halnya Tiger. Tingginya juga tidak setinggi Tiger: 2,85 meter (9,4 kaki) bila dibandingkan dengan 3 meter (9,8 kaki).

Karena Sturmtiger diperuntukkan di wilayah urban dalam pertempuran jarak pendek di jalanan, maka tentu saja dibutuhkan lapisan baja yang tebal untuk menjamin dia bisa bertahan dan selamat. Karenanya lapisan baja depannya dibuat sampai setebal 150 mm (5,9 inci), sementara bagian samping dan belakangnya mempunyai tebal 80 mm (3,1 inci). Otomatis beratnya pun mangkrak sampai 65 ton (64 LT; 72 ST), bila dibandingkan dengan bobot 57 ton (56 LT; 63 ST) milik Tiger I.

Senjata penghancur utamanya adalah Raketen-Werfer 61 L/5.4 380 mm, sebuah peluncur roket jenis breech-loading yang menembakkan proyektil bom bertenaga roket untuk jarak pendek. Proyektilnya sendiri berukuran panjang 1,5 meter (59 inci) dan dapat menyimpan amunisi berdaya ledak tinggi (HE) 125 kg (280 lb) atau proyektil khusus yang mampu mempenetrasi tembok beton sampai setebal 2,5 meter (98 inci). Jarak jangkau roketnya rata-rata mencapai 5.650 meter (6.180 yard). Berat proyektilnya berkisar dari 345 sampai dengan 351 kg (760-770 lb). Sebuah 'sundutan' biasa membuat proyektil tersebut terlempar sampai kecepatan 45 meter (150 kaki) perdetik, dan tenaga roket 40 kg (88 lb) yang kemudian keluar tambah lagi mendongkrak kecepatannya sampai mencapai 250 meter (820 kaki) per detik!

Desain peluncur roketnya sebenarnya telah menimbulkan beberapa masalah, karena asap bekas pembuangan roketnya yang tidak mungkin disemburkan ke kompartemen tempur yang berisi para awak panzer. Tapi terjadi dilema pula, karena bila si asap tidak dikeluarkan apakah mungkin larasnya bisa menahan tekanan dan panas? Untuk mensiasatinya, dibuatlah sebuah pipa khusus ventilasi yang ditempatkan di sekitar laras yang berfungsi sebagai pelepasan asap. Dengan begini, bentuk si laras kalau dari luar lebih mirip tempat merica daripada meriam!

Karena amunisinya berukuran raksasa, maka Sturmtiger hanya mampu membawa 14 buah saja sekali jalan (itu pun hanya 13 yang diletakkan di rak penyimpan, sedangkan yang satu lagi 'disimpan' di laras meriam siap untuk diberakkan). Rak penyimpannya sendiri terdiri dari dua tingkat. Amunisi sebesar itu jelas-jelas berat, karena itu untuk membantu membawa amunisi ke kendaraan, digunakan crane khusus yang ditambahkan di bagian belakang Sturmtiger, dekat dengan lubang yang menyambung langsung ke tempat penyimpanan.

Untuk mengatasi masalah kekurangan amunisi yang kemungkinan akan terjadi di front, maka sebenarnya para ilmuwan Jerman telah berniat untuk memberikan 'teman' bagi setiap Sturmtiger, yaitu panzer khusus yang kerjaannya cuma membawa amunisi dan tidak untuk berperang. Kendaraan ini pun diambil dengan menggunakan sasis Tiger I. Kenyataannya, hanya satu saja kendaraan jenis ini yang dibuat selama perang!

Di dekat lubang tempat loading di belakang, diletakkan NbK 39 Nahverteidigungswaffe (Senjata Pertahanan Jarak Dekat) 90 mm yang berfungsi sebagai alat pelindung dalam menghadapi pertempuran jarak dekat melawan kendaraan lapis baja lain dan juga pasukan infanteri musuh. Senjata ini bisa diputar sampai 360 derajat dan pada dasarnya berfungsi sebagai peluncur granat jarak dekat.

Selain itu, untuk melawan serangan infanteri digunakan pula senapan mesin MG34 7,92 mm yang diletakkan di bagian depan.

Sebenarnya peranan awal Sturmtiger tadinya hanya sebagai kendaraan berat pelindung infanteri, yang digunakan untuk menghabisi musuh yang bersembunyi di bangunan-bangunan atau benteng. Tapi ketika pada akhirnya Sturmtiger telah siap untuk beraksi, kondisi pertempuran tidak lagi seperti dulu dimana Jerman dominan sebagai pihak yang menyerang. Kini keadaan begitu buruknya, dan pasukan Jerman hampir-hampir selalu dalam posisi bertahan.

Tiga kompi panzer didirikan untuk mengoperasikan Sturmtiger: Panzer Sturmmörser Kompanien (PzStuMrKp) (Kompi Serang Howitzer Lapis Baja) 1000, 1001 dan 1002. Pada awalnya masing-masing kompi direncanakan akan diperkuat oleh 14 buah Sturmtiger, tapi kemudian jumlah ini dikurangi sehingga masing-masing hanya mempunyai empat saja, yang terbagi kedalam dua peleton.

PzStuMrKp 1000 didirikan pada tanggal 13 Agustus 1944 dan dua buah Sturmtiger-nya ikut berperan dalam upaya memadamkan Pemberontakan Warsawa, dengan dibantu oleh satu lagi prototipe Sturmtiger yang beraksi di tempat yang berbeda. Bisa dibilang, inilah kali pertama dan terakhir Sturmtiger dipakai dalam peran yang sebenarnya! PzStuMrKp 1001 dan 1002 menyusul didirikan pada bulan September dan Oktober 1944. PzStuMrKp 1000 dan 1001 ambil bagian dalam ofensif Ardennes, dengan total tujuh buah Sturmtiger yang dipakai.

Setelah ofensif ini berakhir, Sturmtiger kemudian digunakan dalam upaya pertahanan di dalam negeri Jerman, khususnya dalam melawan pasukan Sekutu Amerika, Inggris dan Prancis.

Saat ini ada tiga buah sisa-sisa Sturmtiger yang selamat dari Perang Dunia II:
* Sturmtiger #250174 yang dipamerkan di Deutsches Panzermuseum di Munster. Kendaraan ini merupakan pinjaman dari Wehrtechnische Studiensammlung di Koblenz.
* Sturmtiger yang dipamerkan di Musium Tank Kubinka di Rusia. Kendaraan ini dipercaya merupakan hasil rampasan pasukan Soviet saat mereka menyerbu wilayah Elbe, April 1945.
* Raketen-Werfer 380 mm yang menjadi salah satu koleksi Bovington Tank Museum, Inggris.

Spesifikasi:
Tipe: Senjata serang berat
Desainer: Alkett
Tahun desain: 1943-1944
Pabrik pembuat: Alkett
Produksi: Oktober 1943 - Desember 1944
Jumlah yang berhasil diproduksi: 19 buah (prototipe: 1/produksi: 18)
Berat: 65 ton (72 ST; 64 LT)
Panjang: 6,28 meter (20 kaki 7 inci)
Lebar: 3,57 meter (11 kaki 9 inci)
Tinggi: 2,85 meter (9 kaki 4 inci)
Kru: 5 orang
Lapisan baja: 150-80 milimeter (5,9 - 3,1 inci)
Senjata utama: RW61 rocket launcher L/5.4 380 milimeter (15 inci) dengan 14 proyektil
Senjata tambahan: Senjata anti-personil NbK 39 90 milimeter (3,5 inci) dan Maschinengewehr 34 7,92 milimeter
Mesin: V-12, water-cooled Maybach HL230P45 700 PS (690 hp, 515 kW)
Tenaga/berat: 10,77 PS/ton
Suspensi: torsion-bar
Jarak operasional: 120 kilometer (75 mil)
Kecepatan: 40 kilometer per jam (25 mph)


Sumber :
www.en.wikipedia.org


Sunday, July 25, 2010

Oberleutnant Anton "Toni" Hafner (1918-1944), Pilot Yang Bertukar Medali Dengan Lawannya!

Anton Hafner sebagai Feldwebel


Anton Hafner sebagai seorang Leutnant dengan medali Eichenlaub terikat di lehernya, sementara medali yang berada di atas saku kanannya adalah Close Combat Clasp (Nahkampfspange der Luftwaffe)


Skesta Anton Hafner dari foto di atas


Anton Hafner dengan seragam perwira Luftwaffe lengkap dengan medali-medali yang telah diraihnya. Pita lengan di kiri bertulisan "Jagdgeschwader Mölders"


Tanda tangan Anton Hafner, dengan disisipi foto kecil Hafner yang sedang berada di kokpit pesawatnya


Anton Hafner berpose sambil memegang telepon, entahlah emang beneran atau hanya pura-pura saja untuk konsumsi majalah Kuncung!


Anton Hafner merayakan salah satu misi tempurnya yang berakhir dengan kemenangan dengan membuka botol miras cap "Mabok Sampe Modar". Kru Luftwaffe yang terlihat di belakang sebelumnya telah memberikan seikat bunga babadotan untuk pilot jagoan kita ini!


Prajurit-prajurit Luftwaffe (termasuk Anton Hafner yang berada di sebelah kiri) mengerubungi pilot Amerika bernama Norman L. Widen (tengah) yang baru saja digiring dari rawa tempat ia mendarat dari parasutnya setelah ditembak jatuh beberapa jam sebelumnya


Widen memberikan cenderamata kepada pilot yang telah menembak jatuh pesawatnya, yang tidak lain adalah Anton Hafner


Upacara penganugerahan medali untuk para perwira Luftwaffe dan Kriegsmarine yang diselenggarakan di aula besar tempat peristirahatan Hitler di Berghof, Obersalzberg, tanggal 5 Mei 1944. Dalam acara ini mereka yang beruntung dikasih medali langsung oleh Führer adalah: Korvettenkapitän der Reserve Fritz Breithaupt (387. EL), Oberleutnant zur See der Reserve Otto Pollmann (461. EL), Oberstleutnant Günther Radusch (444. EL), Oberstleutnant Hans Karl Stepp (462. EL), Major der Reserve Rudolf Schoenert (450. EL), Major Wilhelm Herget (451. EL), Major Martin Möbus (463. EL), Major Erich Rudorffer (447. EL), Hauptmann Alfred Grislawski (446. EL), Hauptmann der Reserve Emil "Bully" Lang (448. EL), Leutnant Günther Schack (460. EL), Leutnant Otto Kittel (449. EL) dan Leutnant Anton Hafner (452. EL). Dalam foto di atas dari kiri ke kanan: Emil Lang, Günther Schack, Otto Kittel, Anton Hafner, Adolf Hitler dan Hermann Göring


Kuburan sederhana Anton Hafner, sang pilot jagoan dengan 204 kemenangan udara


Alfons Hafner (adik dari Anton Hafner) memperlihatkan medali-medali yang telah diraih oleh Anton yang akan diberikan kepada pilot Amerika yang telah bertukar cenderamata dengan kakaknya di medan perang Afrika Utara. Dalam foto yang diambil bulan Maret 1961 di rumah Alfons ini, tampak di latar belakang lukisan besar Anton Hafner


Dua buah medali milik Anton Hafner yang diberikan kepada Norman L. Widen atas perantaraan adiknya Alfons, yang terdiri dari Flugzeugführerabzeichen dan Deutsches Kreuz in Gold


Kenang-kenangan dari Lieutenant Norman L. Widen yang diberikan kepada Anton Hafner dan terdiri dari wing pilot perak dan pelat nomor identifikasi yang diambil dari pesawat P-38 yang dipiloti Widen


Oleh : Alif Rafik Khan

Anton Hafner adalah pilot paling sukses dari Jagdgeschwader 51 "Mölders" dengan 204 kemenangan udara yang diraihnya dalam 795 misi tempur. 184 dari kemenangannya diraih di Front Timur, sedangkan delapan dari 20 kemenangan yang diraihnya di Front Barat dicetaknya atas pesawat tempur P-38 bermesin ganda. Di antara klaimnya adalah juga 55 Il-2 Sturmoviks Rusia. Hafner juga terlibat dalam salah satu kisah paling menarik yang timbul dari kecamuknya Perang Dunia II.

Hafner dilahirkan tanggal 2 Juni 1918 di Erbach an der Donau dekat Ulm yang berada di wilayah Württemberg, dan kemudian bergabung dengan 6/JG 51 pada bulan Juni 1941 sebagai Unteroffizier di Rusia. Pada bulan Agustus 1942 dia telah mengantongi 60 kemenangan, sehingga diganjar dengan Ritterkreuz tanggal 23 Agustus 1942. Pada bulan November di tahun yang sama dia dipindahtugaskan ke Afrika Utara untuk memerangi pesawat-pesawat Amerika yang seenak udelnya berseliweran di atas angkasa Tunisia. Nah, disinilah cerita menarik kita bermula!

Pada tanggal 18 Desember 1942 Hafner merupakan bagian dari pasukan penghadang yang menyongsong formasi pesawat-pesawat bomber Amerika yang datang pengen 'berak'. Pada ketinggian 30.000 kaki, Hafner bertemu dengan salah satu pesawat tempur pengawal (P-38 Lighting), yang sedang asyik membuntuti di belakang pesawat Jerman teman Hafner. Sang jagoan kita langsung buru-buru datang untuk menyelamatkan temannya, dan ketiga pesawat yang saling berkejaran tersebut kemudian berputar dan menukik sampai ketinggian 15.000 kaki. Tembakan gencar yang dilancarkan Hafner berhasil membuat pesawat P-38 Amerika lawannya terbakar dalam api, sehingga membuat pilotnya terpaksa bail-out dengan menggunakan kursi pelontar darurat. Ketika si pilot malang tersebut perlahan-lahan turun dengan parasutnya, Hafner sengaja memutar-mutar pesawatnya di sekeliling dia. Sudah tentu sang pilot Amerika merasa hampir copot saja jantungnya dan yakin bahwa sebentar lagi ajalnya akan tercerabut dari badan karena si pilot Jerman pastilah akan memberondongnya dengan tembakan!

Tapi ternyata Hafner tidak melakukan apa-apa, dan membiarkan saja lawannya...

Pilot Amerika itu "sukses" mendarat di kubangan rawa yang terletak dekat dengan landasan udara Jerman, dan segera digiring oleh pasukan Jerman yang menangkapnya. Hafner yang baru saja mendarat dengan pesawatnya langsung menghampiri pilot Amerika tersebut, dia mengenalkan dirinya dan tak lama kemudian kedua orang itu sudah duduk bareng dan makan siang bersama! Pilot Amerika itu sendiri adalah Lieutenant Norman L. Widen dari Wisconsin. Dia dan Hafner ngadu huntu berjam-jam, dan saling mengenali masing-masing. Widen kemudian memberikan wing pilot peraknya plus pelat nomor identifikasi yang diambil dari pesawat P-38-nya. Sebelum mereka berpisah dan Widen dibawa ke kamp tawanan perang, kedua orang tersebut saling berjanji untuk bertemu kembali setelah perang usai. Sekedar informasi, Letnan Widen merupakan korban ke-82 dari Anton Hafner.

Untuk membalas pemberian dari Widen, Hafner mengirimkan lewat pos medali Pilot's Badge dan German Cross in Gold kepunyaannya ke adiknya Alfons Hafner yang berada di Jerman, dengan pesan bahwa bila dia meninggal dalam tugas, maka setelah perang berakhir Alfons harus mencari si pilot Amerika dan memberikan medali beserta fotonya. Pada musim panas 1943 Hafner dikirim kembali ke Rusia bersama dengan JG 51 setelah mencetak 20 kemenangan di Tunisia. Angka kemenangannya terus meningkat dengan dahsyat, dan dia pun dianugerahi Eichenlaub setelah kemenangannya yang ke-134.

Pada tanggal 16 Oktober 1944, Hafner menghancurkan empat buah pesawat musuh dalam satu hari sehingga mengerek angka kemenangannya menjadi di atas 200 buah. Kemenangan ke-204 sekaligus terakhirnya tercipta keesokan harinya tanggal 17 Oktober 1944 di Gumbinnen (Prusia Timur), ketika Hafner menembak jatuh sebuah pesawat tempur Yak-7 Rusia. Sayangnya, dalam dogfight tersebut pesawat Messerschmitt Bf 109 G-6 (Werknummer 442 013—factory number) "Black 1"-nya terbang terlalu rendah kemudian menabrak pohon sehingga hancur berkeping-keping dan membunuh Hafner secara instant.

Bagaimana dengan kelanjutan request Hafner kepada adiknya? Pada tahun 1960 Alfons Hafner meminta bantuan kepada US Air Force untuk melacak keberadaan Letnan Widen. Saat itu Widen sudah berpangkat Mayor, dan begitu terkejut ketika mendengar berita bahwa ada seorang adik dari pilot Luftwaffe yang mencarinya demi memberikan medali kakaknya! Bersama dengan istri dan dua orang anaknya yang masih kecil, Widen langsung terbang ke Jerman untuk bertemu dengan Alfons dan menerima langsung dari tangannya medali dari pilot pemberani yang pernah menembak jatuh dirinya. Tak terbayang betapa keharuan mencekam dirinya saat itu, dan ingatan-ingatan masa lalu di Afrika Utara langsung terbayang kembali...

Medali dan penghargaan Anton Hafner:
* Ehrenpokal der Luftwaffe (27 April 1942)
* German Cross in Gold tanggal 22 Mei 1942 sebagai Unteroffizier dari 6./JG 51
* Iron Cross (1939) 2nd dan 1st class
* Knight's Cross of the Iron Cross with Oak Leaves
- Knight's Cross tanggal 23 Agustus 1942 sebagai Feldwebel dan pilot 6./JG 51 "Mölders"
- Oak Leaves #452 tanggal 11 April 1944 sebagai Leutnant dan pilot 6./JG 51 "Mölders"


Sumber :
Foto koleksi pribadi Ian Spring
www.avion.runway.cz
www.en.wikipedia.org
www.fighteracesonline.com
www.finearts-autographs.com
www.life.com
www.luftwaffe.cz
www.pixpast.com


Friday, July 23, 2010

Misteri Tak Terpecahkan Di Balik Meledaknya Balon Zeppelin "Hindenburg"!


Dua buah balon udara kebanggaan Jerman: Graf Zeppelin (terbang) dan saudaranya yang lebih muda, Hindenburg (berlogo Swastika), difoto pada tahun 1936. Terlihat para penonton sangat antusias berlarian menghampiri "keajaiban" dunia penerbangan pada saat itu


Graf Zeppelin (kanan) dan Hindenburg sedang berada di hanggarnya yang berada di landasan udara Friedrichshafen, Jerman (1936)





Rangkaian foto jepretan fotografer Arthur Cofod yang memperlihatkan detik-detik meledaknya balon udara 'Hindenburg'


Foto lain dari peristiwa terbakarnya Hindenburg. Langit malam langsung tampak terang benderang akibat dari 230 ribu meter kubik hidrogen yang dilalap api!


Kapal itu adalah monster udara, suatu keajaiban teknologi dan keahlian teknik. Kapal udara raksasa Hindenburg berukuran lebih dari 245 meter panjangnya dan distabilkan oleh sebuah sirip ekor setinggi bangunan sepuluh tingkat! Keempat mesin dieselnya yang kuat memberikan tenaga untuk bisa terbang tanpa susah payah di atas awan-awan dengan kecepatan 135 km per-jam. Kapal udara itu dapat membawa 100 penumpang menempuh angkasa selama seminggu dalam gaya semewah kapal pesiar yang mana saja!

Ketika ke-16 kantung di dalam rangka berukuran 22,8 m itu sudah dipenuhi oleh hidrogen, kapal udara itu akan melepaskan diri dari tanah dengan kekuatan angkat sebesar 239 ton, cukup untuk mengangkat sebuah jumbo jet modern! Harus diakui sifat-sifat gas hidrogen yang lebih ringan dari udara di sekelilingnya memberikan kekuatan angkat bagi Hindenburg untuk terbang ke udara, membawa bahaya dan resiko terjadinya ledakan. Tapi dengan pengalaman lebih dari seperempat abad yang sukar diperoleh, perusahaan Zeppelin yakin takkan ada kecelakaan yang bisa membahayakan kapal udara mereka yang baru. Mereka tahu bahwa hidrogen di dalam kantung udara (lebih dari 230.000 meter kubik gas!) sangat mudah untuk terbakar, dan akan meletus menjadi ledakan yang menghancurkan bila ada yang memicunya. Tapi desainnya, kata mereka, tanpa cacat. Hanya tindakan Tuhan atau sabotase yang disengaja oleh orang gila yang bisa merusak Hindenburg!

Dan ketika Hindenburg tertelan oleh sebuah bola api di atas New Jersey pada tanggal 6 Mei 1937 sekaligus membunuh 13 orang penumpang, 22 orang awak kapal dan 1 pekerja kontrol lapangan, baik pemerintah Amerika maupun Nazi Jerman malahan berkerjasama untuk menutupi segala macam bukti yang mungkin ada dalam kejadian yang tercatat merupakan kejahatan terbesar dalam sejarah penerbangan!

Sementara perusahaan penerbangan yang masih belum berpengalaman di tahun 1920-an dan 1930-an mendapat masalah besar dari cuaca buruk dan kerusakan mekanis sewaktu mencoba mengoperasikan layanan penerbangan di antara kota-kota yang hanya beberapa ratus mil jaraknya, kapal-kapal udara monster milik Jerman muncul secara reguler di atas jalur penerbangan Rio de Janeiro dan New York!

Kapal-kapal itu menjadi terkenal sebagai Zeppelin, sesuai dengan nama desainer cemerlang sekaligus eksentrik mereka, Graf Ferdinand von Zeppelin. Lahir pada sebuah keluarga bangsawan Prusia pada tahun 1838, ia adalah seorang pemuda berumur 23 tahun yang berjiwa petualang ketika ia memperoleh kesempatan mengunjungi Presiden Amerika Serikat Abraham Lincoln selama Perang Saudara Amerika dan bergabung dengan tentara Union sebagai petugas kavaleri 'tamu'.

Tapi prajurit muda itu segera menjadi bosan dengan langkah lambat perang itu dan memutuskan untuk bergabung dengan sebuah ekspedisi sipil untuk mengeksplorasi sumber-sumber di sungai Mississipi pada sebuah misi pengintaian di St. Paul, Minnesota. Untuk pertama kalinya ia naik sebuah balon yang ditambatkan untuk mensurvei bermil-mil pedesaan dalam sebuah penerbangan singkat.

Kalau saja balon dapat diberi tenaga dan dikendalikan, pikirnya bergairah, balon-balon itu akan menjadi panggung tempat menembak dan senjata pengeboman yang sempurna, melayang dengan aman di atas infanteri dan kavaleri yang merencah di atas medan pertempuran. Visinya tentang balon-balon raksasa atau balon berkemudi sebagai senjata perang tak pernah meninggalkan benaknya, meskipun ia tetap menjadi petugas kavaleri yang berada di atas tanah hingga akhir karir militernya pada usia 52 tahun.

Selama beberapa tahun ia pensiun, ia telah mendaftarkan hak paten pada sebuah kapal udara dan mulai bereksperimen dengan desainernya, Dr. Hugo Eckener, seorang pelaut berpengalaman dan meteorolog, di bengkel kecil mereka di dekat danau Constance di selatan Jerman.

Pada tahun 1909 Zeppelin telah mendirikan layanan penumpang kapal udara pertama, Deutsche Luftschiffahrts Atkien Gessellschaft (DELAG). Dengan penerbangan operasional antara Berlin, Frankfurt, Hamburg dan Dresden, kapal udaranya mengangkut 32.750 penumpang dalam 1.600 penerbangan selama lima tahun tanpa pernah mengalami satu kecelakaan pun!

Kemudian tibalah tahun 1914, dan kapal-kapal Zeppelin pun ikut digunakan untuk kepentingan perang.

Kapal-kapal Zeppelin yang menyerang di atas Inggris menyebabkan sedikit kerusakan material tapi telah menimbulkan rasa panik di antara penduduk London. Melihat kapal-kapal udara yang ditakuti itu (yang terlihat dalam sinar pencari) menjatuhkan bom-bom mereka di atas ibukota, membuat para penduduk London keluar ke jalan-jalan, berteriak-teriak, dan mengacungkan tinju mereka tanpa daya ke udara.

Tapi dalam waktu dua tahun, penerbangan Inggris menjadi pemenangnya dengan menggunakan pesawat tempur bersayap ganda kecil mereka yang lebih dari sekedar menyamai monster-monster Zeppelin. Dalam kantung-kantung hidrogen pesawat Zeppelin mereka membawa bibit kehancuran bagi diri sendiri. Hanya perlu satu hantaman dari peluru-peluru pengejar ZPT yang baru dikembangkan yang berlapis fosfor terbakar, untuk mengubah kapal-kapal udara itu menjadi bencana kebakaran terbang!

Graf von Zeppelin meninggal pada tahun 1917, tepat saat terbukti bahwa kapal udaranya terlalu rentan terhadap tembakan senjata untuk menjadi mesin perang.

Tapi Dr. Hugo Eckener berjuang melewati puing-puing ekonomi pasca perang di Jerman sebagai presiden perusahaan Zeppelin, dan memimpikan suatu masa depan yang damai bagi kapal-kapal udara sebagai alat transportasi transatlantik.

Pada bulan Juli 1928, kapal udara penumpang yang paling canggih, Graf Zeppelin, melakukan penerbangan pertamanya pada ulang tahun ke-90 kelahiran Count tua tersebut. Tiga bulan kemudian, dengan 20 penumpang di atasnya, kapal udara itu melakukan perjalanannya yang pertama ke New York tempat Eckener dan kru mendapat sambutan selamat datang dengan pita telegraf. Dalam lima tahun berikutnya operasi layanan reguler ke Amerika Utara dan Selatan, Graf Zeppelin menetapkan diri sebagai penguasa kapal terbang yang tak tertandingi di udara!

Prestise pencapaian ini tentu saja tidak dilewatkan oleh para penguasa Nazi Jerman yang baru. Eckener tidak disenangi oleh rezim yang baru. Sebelum mereka bangkit berkuasa, ia telah mengadakan siaran radio di Jerman yang mengutuk brutalitas mereka. Tapi karena Nazi mengontrol tali dompet industri Jerman (termasuk Perusahaan Zeppelin), maka ia tak berdaya untuk menghentikan warna-warna tradisional hitam, putih dan merah khas pesawat-pesawat Zeppelin dicat ulang dengan Swastika, simbol Hitler dan Nazinya.

Eckener, seorang pria yang saat itu berusia 68 tahun yang keras kepala, bersikap menentang ketika ia dipanggil menghadap Dr. Joseph Goebbels, Menteri Propaganda, pada tahun 1936 ketika kapal udara terbaru, terbesar, tercepat, dan bertenaga paling besar miliknya diluncurkan.

Kapal udara itu harus diberi nama 'Adolf Hitler', kata menteri Nazi padanya. "Tidak," jawab Eckener. "Saya peringatkan anda, munculnya tanda swastika di kapal udara kami sudah memprovokasi tindak kekerasan ketika kami merapat di Amerika Serikat. Bila kapal udara baru itu diberi nama 'Adolf Hitler', maka pesawat itu akan tambah-tambah lagi menjadi target kebencian dan sabotase."

Eckener menang hari itu, tapi kemudian Goebbels mengumumkan di surat kabar dan radio Jerman bahwa kapal udara baru itu tidak akan disebut dengan nama yang diberikan oleh perusahaan Zeppelin, Hindenburg. Dalam surata kabar Nazi, pesawat itu dipanggil sesuai dengan nama desain kerjanya: LZ 129.

Ketika Hindenburg memulai layanan regulernya dari Frankfurt ke Pangkalan Udara Angkatan Laut Lakeheath di New Jersey, pesawat itu menerima sambutan penuh kegembiraan. Tapi saat aliran kecil pengungsi yang dianiaya yang melarikan diri dari Nazi membanjiri pantai-pantai Amerika, kekhawatiran Eckener akan Swastika yang dipamerkan itu terbukti sangat berdasar. Di bulan Agustus 1936 lebih dari 100 orang demonstran Amerika, yang menyamar sebagai tamu kehormatan, menumpang kapal laut Jerman 'Bremen' saat merapat di dermaga New York dan meletuskan suatu protes yang bersifat mengacau melawan keterlibatan Hitler dalam Perang Saudara Spanyol.

Keamanan ditingkatkan di dermaga kapal laut dan di hanggar Hindenburg yang terletak di seberang sungai di Lakeheath. Parahnya lagi, pemerintah Amerika merasa prihatin oleh laporan bahwa Hindenburg menjadi target penembak yang telah melepaskan tembakan ke Zeppelin dari puncak pencakar langit Manhattan dan dari ladang-ladang terbuka di New Jersey!

Duta Besar Jerman di Washington menerima sejumlah besar telepon yang mengancam dan surat-surat dari pihak oposisi Nazi yang bertekad untuk menghancurkan Hindenburg dan mengusir Swastika dari langit Amerika.

Menyadari pukulan serius yang akan terjadi pada prestise rezim bila Hindenburg disabotase, maka Sicherheitsdienst (elit keamanan SS Nazi) mulai melakukan penggeledahan di hanggar Hindenburg di Frankfurt dan di kapal itu sendiri sebelum setiap penerbangan.

Pada hari Senin tanggal 3 Mei 1937, Oberst Fritaz Erdmann (Kepala dinas intelijen khusus baru Luftwaffe), diperintahkan untuk pergi ke kantor pusat SS di Berlin guna menjalani pengarahan tentang penerbangan Hindenburg yang dijadwalkan terbang di hari itu.

Erdmann dan kedua pejabat yunior yang hendak menemaninya dengan berpakaian sipil dalam penerbangan ke Amerika itu terkejut oleh pengarahan yang diberikan SS-Sturmbannführer Kurt Hufschmidt pada mereka. Perwira setingkat mayor itu memberitahu mereka, "Kami mendapat informasi terpercaya bahwa akan ada percobaan untuk menghancurkan penerbangan anda. Sabotase itu akan dilakukan dengan bom, mungkin setelah Hindenburg tiba di atas tanah Amerika. Serangan ini direncanakan untuk membuat tanah air rentan di mata musuh kita: orang-orang Jerman yang tak setia, orang-orang Yahudi, dan para pembuat masalah di Amerika."

Orang SS itu juga mengungkapkan bahwa di bulan Maret 1935 sebuah bom sudah ditemukan di salon ruang makan utama Graf Zeppelin, disembunyikan di bawah sebuah meja oleh salah satu penumpang. Bom itu berhasil dijinakkan dengan selamat.

Ia juga memberitahukan sebuah penggerebekan Gestapo di sebuah kamar hotel di Frankfurt yang disediakan bagi seorang penumpang misterius yang baru saja tiba dari Amerika di atas penerbangan Hindenburg. Orang itu telah bepergian dengan sebuah paspor Swedia palsu dan walaupun ia lolos dari Gestapo, mereka menggeledah kamarnya dan menemukan gambar teknis mendetail tentang Graf Zeppelin dan Hindenburg.

Erdmann diberi ikhtisar penumpang yang dicurigai yang terbang bersamanya. Daftar itu meliputi satu pasangan Jerman, keduanya jurnalis, yang diketahui mempunyai teman seorang penulis Yahudi; seorang fotografer muda dari Bonn yang biaya perjalanannya diatur oleh seorang eksekutif senior Zeppelin yang dipecat sebab ia mempunyai nenek moyang Yahudi; seorang eksekutif periklanan Amerika berusia 36 tahun yang dikenal sebagai mata-mata intelijen negara tersebut; dan Joseph Spah, seorang penghibur gedung musik berusia 35 tahun dari Douglaston, Long Island.

Spah adalah seorang pemain komedi dan akrobat yang bepergian dengan paspor Prancis dan beristrikan orang Amerika. Tapi orang SS yang tak berselera humor itu mencurigainya karena pertunjukan gedung musiknya, yang populer di berbagai bagian Berlin, dikenal mengandung lelucon melawan orang-orang yang berkuasa.

Di hanggar pemberangkatan di Frankfurt, seluruh penumpang dan bagasi mereka digeledah dengan teliti. Orang-orang keamanan menyita semua bola lampu kilat fotografer muda itu, takut kalau bohlam-bohlam itu digunakan untuk menimbulkan api dengan sengaja. Mereka juga menyinari sebuah boneka suvenir keramik Dresden kecil yang dibawa oleh Spah dengan sinar X.

Tapi petugas intelijen Luftwaffe meminta jaminan kepada kapten Hindenburg, Ernst Lehmann, bahwa pasangan suami istri jurnalis itu kedua-duanya adalah teman pribadinya yang sedang menuliskan biografinya. Dan kapten Lehmann bersikeras bahwa mata-mata Amerika yang bekerja untuk agen periklanan sudah diawasi secara cermat dan bukan merupakan ancaman. Petugas intelijen itu menerima penjelasannya.

Joseph Spah, menurut kapten, tak lebih dari seorang pengganggu. Ia membawa seekor anjing gembala Jerman muda yang lincah yang bepergian bersamanya untuk menjadi bagian dari pertunjukan barunya di Gedung Musik Radio City di New York. Anjing itu bepergian dalam kompartemen kapal di bagian belakang kapal udara dan dua kali Spah ditemukan di wilayah itu tanpa diawasi, jauh dari ruang santai penumpang yang diizinkan. Tapi mereka menerima penjelasannya bahwa ia harus secara pribadi memberi makan anjing muda yang gugup itu selama perjalanan dua setengah hari itu.

Oberst Erdmann meyakinkan kapten, "Penumpang manapun yang mensabotase Hindenburg dalam perjalanan ini sama saja melakukan bunuh diri. Saya rasa percobaan sabotase akan terjadi setelah kita berlabuh di Lakeheath. Kemudian akan menjadi tanggungjawab staff darat untuk memastikan keselamatan kapal udara."

Tapi menurut banyak penyelidik dan ahli sejarah, sebuah bom sudah berada di atas kapal. Sebuah bom bakar, dihubungkan dengan sebuah pengatur waktu fotografis ruang gelap yang bertenaga dua baterai kecil yang tersembunyi di dalam atmosfer hidrogen yang mudah meledak di Sel Gas Empat, dekat dengan ekor Hindenburg.

Hindenburg dijadwalkan berlabuh di Lakeheath pukul 06.00 tanggal 6 Mei. Tapi malam sebelumnya, pesawat itu didera angin sakal yang kuat di atas Newfoundland dan kapal udara itu mengirim berita radio bahwa ia baru bisa tiba pukul 18.00. Hindenburg selalu dibuat merapat tepat pukul 06.00 atau 18.00 untuk memberikan waktu kerja yang jelas bagi kru darat.

Sebuah komite penyambutan kecil yang menunggu kedatangan Hindenburg di Lakeheath mengambil manfaat atas penundaan itu dengan pergi untuk makan malam di kota terdekat di Toms River. Komite ini meliputi penyiar Herbert Morrison, yang sedang bersiap-siap untuk merekam komentar pendaratan kapal udara itu bagi para pendengar stasiun WLS di Chicago.

Pada tengah siang tanggal 6 Mei Hindenburg telah melewati Long Island dengan selamat, dan penampakan kapal udara raksasa dengan Swastikanya yang berkilauan menimbulkan kemacetan di Manhattan. Saat kapal udara itu melintasi stadion sepakbola di Ebbert's Field di Brooklyn, pertandingan antara Brooklyn Dodgers melawan Pittsburgh Pirates ditunda karena para pemain dan penonton seperti menganga mengagumi kebanggaan Jermannya Hitler!

Tepat sebelum pukul 16.00, kapal udara itu tiba di atas Lakeheath. Tapi kapten Lehmann kemudian memutuskan untuk berputar ke arah selatan untuk bertahan dalam angin badai selama dua jam hingga kru darat sudah berkumpul pada waktu kedatangannya yang dijanjikan.

Pada pukul 17.22, Hindenburg diberi saran oleh menara kontrol darat untuk tetap berputar-putar mendahului badai yang mendekat. Dan pada saat itulah, seperti yang diyakini orang, pengatur waktu detonator bom api yang tersembunyi di Sel Gas Empat menyala - untuk dua jam ke depan.

Satu jam kemudian Lakeheath mengirim berita radio: "Dinasihatkan untuk mendarat sekarang", dan kapal udara itu pun mengarah ke lapangan yang telah disediakan. Pada pukul 19.05 Hindenburg menyeberangi pagar selatan lapangan udara. Saat 92 orang anggota Angkatan Laut Amerika Serikat dan 139 pekerja sipil bersiap-siap untuk mencapai tali-tali pendaratan yang akan dijatuhkan dari Hindenburg untuk mengikat kapal, reporter radio Herbert Morrison bisa melihat para penumpang yang ceria di jendela dek tempat berjalan-jalan yang terbuka sambil melambaikan tangan kepadanya.

Pada pukul 19.22 Hindenburg menurunkan tali-tali pendaratan dan menghembuskan mesinnya yang terakhir kalinya untuk mensejajarkan kapal dengan menara pendaratan setinggi 61 meter.

Bila kapal udara itu tepat waktu, semua penumpang akan sudah turun dan pesawat itu hanya akan mengambang di tiang pendaratan dengan satu orang kru yang diperlukan saja. Tapi pengatur waktu bom telah diatur sesuai dengan jadwalnya yang asli...

Pada pukul 19.22 itu terlihat segumpal nyala api dan sebuah bola api berdiameter 122 m meledak dari kerangka bertutup linen Hindenburg.

Herbert Morrison sedang melukiskan pemandangan saat kapal udara itu berlabuh:

"Sungguh pemandangan yang indah, pemandangan yang menggetarkan jiwa... pemandangan yang luar biasa. Matahari bersinar di jendela dek pengamat di sisi barat dan berkilauan seperti permata yang berkelap-kelip di atas latar belakang beludru gelap. Oh, oh, oh... kapal itu menyala terbakar! Tolong keluarlah! Oh, ini mengerikan... kapal itu terbakar, meledak menjadi bola api, kapal itu runtuh! Oh, ini adalah salah satu peristiwa terburuk, oh, dari segi kemanusiaan..."

Suaranya hilang ditelan airmata...

Ketika film dari kamera berita yang merekam bola api itu diproses, film itu menunjukkan bahwa hanya perlu waktu 34 detik sejak ledakan api pertama hingga kerangka Hindenburg yang berkilauan itu menghantam tanah! Jutaan meter kubik hidrogen menyala dalam waktu kurang dari satu menit, walaupun nyala api, mesin, minyak bahan bakar dan kerangka bertahan selama berjam-jam.

Para kru di atas tanah yang sedang memegang tali-tali pendaratan di bawah raksasa yang terbakar itu langsung menyebar kacau dan berlarian demi menyelamatkan hidup mereka.

Salah satu kru itu, Allen Hagaman, tersandung jeruji yang mengelilingi menara pendaratan dan kerangka kapal yang menyala itu tanpa ampun jatuh di atasnya. Ia diidentifikasi keesokan harinya melalui sisa-sisa gosong cincin kawinnya...

Tapi dalam beberapa detik sewaktu Hindenburg jatuh dari udara, ada orang-orang yang lolos dengan ajaib saat para penumpang dan kru melompat dari kapal udara yang jatuh, atau hanya tinggal di dalam reruntuhan yang terbakar itu hingga sampai di atas tanah dan berlari menuju ke tempat aman melalui lingkaran-lingkaran putih panas kerangka Hindenburg! Joseph Spah adalah salah satu dari mereka yang selamat. Ia melompat lebih dari 9 meter dari kapal udara yang terbakar dan, dengan latihan akrobatnya, tampaknya mendarat tanpa terluka! Intelijen Luftwaffe Oberst Fritz Erdmann, yang meramalkan bahwa serangan baru akan dilakukan setelah Hindenburg mendarat, mati dalam kobaran api. Dari 36 penumpang, 13 orang di antaranya tewas. Dari 61 kru kapal, 22 orang yang tewas.

Dalam komisi penyelidikan yang diadakan kemudian, para ahli Jerman diundang untuk bergabung dalam penyelidikan sebagai 'pengamat'. Sebagian besar diskusi komisi ini adalah pembicaraan 'off-the-record' antara pejabat pemerintah Amerika dan diplomat tingkat tinggi Jerman.

Dokumen-dokumen yang sekarang disimpan di Lembaga Arsip Nasional di Washington menunjukkan bahwa ahli-ahli teknik Amerika dan Jerman setuju untuk tidak menganggap sabotase sebagai penyebab malapetaka - paling tidak di depan umum!

Arsip ini menunjukkan bahwa para pejabat senior Departemen Perdagangan dan Dalam Negeri Amerika memperingatkan pengacara Komisi Mr. Trimble Jr. bahwa "penemuan adanya sabotase dapat menyebabkan terjadinya insiden internasional, terutama di pantai-pantai ini". Komisi itu juga mengabaikan laporan tertulis detektif George McCartney dari unit penjinak bom kepolisian New York, yang sebelumnya telah menganalisa reruntuhan dan merekonstruksi detail teknis bom api yang ia yakini ditempatkan di Sel Gas Empat. Dan panglima Luftwaffe, Hermann Göring, memerintahkan para penasihat teknis Jerman di komisi untuk tidak bekerjasama dalam kesempatan apapun di dalam penyelidikan yang menunjukkan adanya sabotase oleh anggota kru yang mana saja!

Setelah dengar pendapat selama satu bulan, komisi ini mencapai kesimpulan yang didukung oleh pihak Amerika maupun pihak Jerman. Bola api hidrogen itu dinyalakan, kata mereka, oleh sebuah percikan aneh listrik statis, sebuah fenomena tak menguntungkan yang tak pernah terlihat sebelumnya maupun sesudah peristiwa ini! Hermann Göring menyetujuinya. "Itu adalah tindakan Tuhan. Tak ada seorang pun yang bisa mencegahnya."

Tapi di balik drama di Jerman, tanpa belas kasihan Gestapo menginterogasi keluarga dan teman setiap kru dan penumpang Hindenburg. Kecurigaan mereka akhirnya terpusat pada Erich Spehl yang berusia 25 tahun. Sebagai petugas pemasang tali-temali di atas kapal Hindenburg, ia adalah salah satu kru yang bertanggungjawab untuk mengecek kebocoran kantung gas.

Spehl adalah seorang Katolik yang taat, dan tak pernah menjadi pendukung kuat rezim Nazi. Ia punya satu kelemahan besar, yaitu cinta membuta terhadap seorang janda yang sepuluh tahun lebih tua darinya dan yang telah menjadi kekasihnya selama ini.

Para agen Gestapo, yang telah mengecek gosip itu dengan para tetangga Spehl di Frankfurt, menemukan bahwa pemuda itu telah mengalami pertemuan traumatis dengan bekas suami kekasihnya tepat sebelum perjalanan terakhir Hindenburg. Orang itu datang ke apartemen Spehl. Ia seorang artis yang kurus kering dan separuh gila karena takut. Ia lari dari Gestapo dan memerlukan uang untuk melarikan diri.

Spehl memberinya semua uang yang ia miliki... dan kemudan memberitahu Gestapo. Para penyiksa Nazi menangkap artis itu dan menghancurkan jari-jarinya satu demi satu dengan sebuah penjepit hingga tulang-tulang bermunculan dari buku-buku jarinya! Spehl dilaporkan menjadi marah sewaktu melihat hal ini, dan kemarahannya masih menggelegak ketika ia menumpang penerbangan Hindenburg yang fatal itu.

Para penyelidik Gestapo di Frankfurt menghancurkan apartemen Spehl hingga berkeping-keping. Mereka tak dapat menemukan tanda-tanda kekasihnya, yang telah melarikan diri dari kota itu. Dan mereka pun tak dapat menemukan jejak alat baru kesayangan Erich untuk ruang gelap fotografinya, pengatur waktu dua zaman miliknya.

Mereka juga tak bisa menginterogasi Erich Spehl. Ia meninggal, terbakar secara mengerikan, dalam rumah sakit lapangan darurat yang didirikan di Lakeheath, di sebelah bara yang menyala pada kapal udara terbesar di dunia yang terakhir...


Sumber :
Buku "Misteri Besar Yang Tak Terjawab" dari Alice Saputra Communication
www.life.com